Skip to main content

BUAH ROH - DAMAI SEJAHTERA

 

BUAH ROH – DAMAI SEJAHTERA

Efesus 2:11-18

 

Sukacita dan damai sejahtera bagaikan dua saudara kembar. Selalu datang bersama dan kadang kembar tiga: kasih, sukacita dan damai sejahtera. Paulus berbicara tentang sukacita sebanyak 21 kali dan damai sejahtera sebanyak 43 kali di dalam surat-suratnya. Sukacita dan damai sejahtera bukan lahir begitu saja dari iman Kristen.

Roma 14:17

Sukacita dan damai sejahtera adalah tanda-tanda kunci Kerajaan Allah hadir dalam hidup kita (Roma 14:17)

 

Yohanes 14:27

Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu

Sukacita dan damai sejahtera adalah cara kita melayani Tuhan dan menyenangkan Tuhan, bukan kecemasan dan kekuatiran. 

Sukacita dan damai sejahtera adalah unsur dasar dalam pengharapan iman

 Pertanyaan: Damai sejahtera seperti apa yang diberikan oleh Roh Kudus?


YESUS ADALAH DAMAI SEJAHTERA (JESUS IS THE PRINCE OF PEACE)

Yesus membantu kita berdamai dengan Allah (Peace with God)

Dengan kematiannya IA mendamaikan kita dengan Allah. Segala utang piutang, dosa dan kesalahan, kita sudah diputihkan dengan darahNya. Kita memulai lembaran hidup yang baru dengan Allah.

 

Yesus membantu kita berdamai dengan sesama (peace with others)

Dengan kematiannya IA juga sudah meruntuhkan segala tembok pemisah—bagi orang Kristen di Efesus, tembok-tembok budaya antara Kristen Yahudi yang berpatok pada hukum Taurat dan orang kafir (helenis) yang dianggap barbar, tidak berTuhan dan jauh. Kini kedua kelompok ini menjadi ‘satu keluarga, satu tubuh’ dan Kristus adalah kepalaNya.

Pedomannya bukan lagi hukum Taurat. Tetapi Yesus Kristus, firman yang menjadi daging dan hidup di antara kita. Ketika kita membaca Alkitab, itulah ‘hidup Yesus’ yang sedang kita baca, yang akan menjadi inspirasi dan tujuan hidup kita—menjadi seperti Yesus.

Semakin hari semakin kita merasakan dampak dari bumi yang terluka, panas dan mengganas. Bencana silih berganti. Bagaimana kita bisa berdamai dengan alam dan ciptaan?

Ketika Kristus mendamaikan kita dengan Allah. Lembaran hidup kita dimulai dengan ‘cerita hidup kita bersama Allah’ – bagaimana kita menjalani hidup sehari-hari bersama Kristus dengan cara-cara Kristus, cara damai sejahtera, seperti ditulis dalam Yeremia 29 : 11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Yesus memberi kita damai Allah (peace of God)

Ketika Roh Kristus hidup dalam kita, damai Allah tinggal di dalam kita. Damai yang bukan seperti diberikan oleh dunia.

Ketika masih miskin, kuatir apa yang akan di makan, bagaimana masa depan anak-anak. Dunia mengatakan, carilah uang. Nanti kamu sudah kaya. Tidak ada lagi yang perlu kamu kuatirkan. Benarkah demikian?

Orang yang sudah kaya, kuatir di mana menyimpan hartanya. Apakah anakku nanti mampu mengelola harta yang kutinggalkan? Jangan-jangan mereka nanti tidak bisa mandiri karena tidak pernah hidup susah?

Ketika corona terus merajalela?

Dua bulan lalu, ketika vaksin mulai berjalan kita bersukacita dan semangat untuk divaksin. Dan terbukti kurva penyebaran covid-19 melandai. Roda ekonomi mulai berjalan lagi. Awal bulan ini, kembali kita dikurung di rumah—corona kembali menguasai kota Jakarta. Sampai kapan Tuhan? Sampai kapan kami harus dicekam ketakutan?

Kita diminta harus jaga prokes dari 3M menjadi 5M sekarang 6M – Memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, membatasi mobilisasi + menghindari makan-makan bersama. Hidup dalam darurat perang melawan virus corona!

Berapa lama kita bisa bertahan?

Cemas dan takut tertular. Parno? Cemas dan kuatir berapa lama penghasilanku bisa bertahan? Cemas dan kuatir, bagaimana dengan Pendidikan anak-anak? Apalagi yang sempat terpapar covid-19 dan harus menjalani isolasi dan perawatan? Hilang koneksi, sulit bertemu dengan teman dan keluarga. Tali kekerabatan yang masih belum bisa dijembatani oleh budaya digital. Kesedihan dengan kematian yang mendadak! 16 bulan! Berapa lama lagi?

Di saat seperti ini kita semakin memerlukan kehadiran Kristus, Sang Damai Sejahtera. Ketika nalar kita menjadi tumpul. Emosi tidak menentu dan tidak jarang mungkin sulit tidur. Di situlah kita memerlukan damai Kristus.

Seperti yang dialami oleh Horatio Spafford, dan istrinya Anna memiliki kehidupan yang diinginkan oleh banyak orang dan dikarunia 5 orang anak. Penatua gereja, pengacara yang sukses di Chicago.

Tahun 1870, anak laki-laki mereka yang berumur empat tahun, Horatio Jr meninggal dunia karena demam berdarah. Usaha real estate yang baru saja dijalani dengan sebagian besar kekayaannya di pinggiran danau Michigan habis dilalap api pada tahun 1871. Kebakaran besar itu menelan 250 jiwa dan 90.000 orang kehilangan tempat tinggal. Tanpa menghiraukan kerugiannya, Horatio menjadi tenaga sukarela untuk mengevakuasi para korban.

Untuk menghibur keluarga dan mendukung KKR yang dipimpin D.L Moody (salah satu pengjinjil tersohor dalam sejarah gereja) mereka berlibur ke Inggirs. Istri dan ke-4 putrinya berangkat lebih dahulu dengan kapal SS Ville du Havre salah satu kapal pesiar paling mewah. Horatio berencana menyusul kemudian.

Tanggal 22 November 1873 pukul 2 dini hari, saat kapal ini sudah berlayar beberapa hari lamanya di atas laut yang tenang, sebuah kapal besi berbendara Inggris menabraknya. Dalam waktu dua jam kapal Ville du Havre tenggelam ke dasar samuedra Atlantik beserta dengan 226 penumpangnya termasuk keluarga Spafford. Sembilan hari kemudian korban yang selamat dari kapal itu tiba di pulau Cardiff, Wales, Inggris. Dan Spafford menerima telegram dari istrinya, “saved alone” (hanya aku yang selamat).

Bulan Desember, Spafford berangkat ke Inggris menyusul istrinya. Ketika melintasi tempat di mana kapal Ville du Havre tenggelam, kapten menunjukkan tempat itu kepada Horatio. Malam itu dia tidak bisa tidur dan meminta kapten menghentikan kapal sementara di tempat itu. Di saat itu lah ia menuliskan lagu … It is well with my soul (Nyamanlah Jiwaku).

When peace like a river attendeth my way,

when sorrows like sea billows roll;

whatever my lot, thou hast taught me to say,

"It is well, it is well with my soul."

Refrain (may be sung after final stanza only):

It is well with my soul;

it is well, it is well with my soul.

When peace like a river

 

Damai dari surga turun padaku

B’ri hatiku damai teduh,

 meski pun gelombang mengancam daku

Nyamanlah, nyamanlah jiwaku.

Nyamanlah, jiwaku.

Nyamanlah, nyamanlah jiwaku!

Ketika beban hidup melampaui apa yang bisa kita tanggung. Kekuatiran dan kecemasan terus memborbardir hidup kita. Biarlah kita bisa bersama Horatio berpaling dan berserah kepada Tuhan—dengan iman, mengingat kembali kita ada dalam hati Kristus dan biarlah IA juga boleh hadir dalam hati dan jiwa kita—memberikan kita damai yang tidak dapat diberikan oleh dunia. Dan menjadikan kita pembawa damai ke mana pun kita berada. Yang bisa kita lakukan sudah kita lakukan, saat ini kita diminta mengurangi aktifitas di luar rumah, bekerja dari rumah—ambillah waktu untuk berdiam di hadapan Tuhan, sama seperti Horatio yang berhenti di spot di mana anak-anaknya tenggelam—mintalah damai Kristus memenuhi hidupmu, mengalir dalam hidupmu dan memampukanmu menghadirkan damai kepada orang-orang di sekitarmu! (plt)

Comments

Popular posts from this blog

Elok Rupa vs Elok Hati

oleh: Pdt. Dr. The Paw Liang  Seandainya Musa tidak cantik….. Tuhan mendengar seruan dan tangisan bangsa Israel di Mesir. Tuhan berbelas kasihan dan memutuskan untuk menghentikan penderitaan mereka. IA merencanakan dan mempersiapkan rencananya, Musa dipakai untuk melepaskan bangsaNya. Apakah Musa dipilih dari sekian banyak bayi laki-laki yang lahir atau kah memang sudah direncanakan oleh Tuhan sebelum Musa lahir bahwa pemimpin ini akan lahir dari suku Lewi, dari keluarga Amran dan Yokhebed. Ketika Musa lahir, Alkitab mencatat, “Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. (Kel 2:2). Harun, abang Musa lahir sebelum Firaun mengeluarkan dekrit untuk membunuh bayi-bayi laki-laki Ibrani. Harun tiga tahun lebih tua dari Musa, adakah bayi lain yang lahir di antara mereka berdua? Tidak ada kepastian dalam hal ini. Namun sepertinya ada penekanan, “ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik …” tidak tega orang tuanya membunuhnya, maka disembunyikanlah bayi ini t
DO YOU WANT TO GET WELL? “When Jesus saw him lying there and learned that he had been in this condition for a long time, he asked him, ‘ Do you want to get well?’ Then Jesus said to him, ‘G et up! Pick up your mat and walk. ’” ‭‭John‬ ‭5:6, 8‬ ‭NIV Do you want to get well? Jesus cares! He sees each and everyone of us. He cares to know us. He saw the crippled at the pool of Bethesda! He knew his struggle! And He sees you and me—He sees our struggles! His mercy comes to us even before we come and cry out to Him! He asked, ‘Do you want to get well?’ His grace heals far better than our human cures! Certainly much better than the cure of the pool of Bethesda! Do you want to get well? God wants to, not just cancel our sins! But, in the words of Charles Wesley, He also wants to “break the power of cancelled sin.” What are some power of cancelled sin that still crippling you? Do you want to get well—physically, emotionally, and spiritually? Jesus says, ‘Get up! Pick up your mat and wal
Cuma itu yang bisa saya lakukan, hanya kehadiran saja Saya jadi teringat: Musa meminta kepada Tuhan, " if your presence (kehadiran) does not go with us, do not send us from here " ( jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah menyuruh kami pergi dari tempat ini" (Kel 33:15) Kesibukan hidup menjadikan " kehadiran" menjadi sesuatu yg sulit kita berikan kepada orang lain, keluarga ( suami, istri, anak-anak, cucu2, atau orang tua) dan bahkan kepada Allah. Ironis, sama seperti Musa kita merindukan kehadiran Allah (hadiratNya) - kehadiran Roh Nya. Namun, apakah kita juga hadir di hadapanNya?  Ketika kita beribadah, baik sendiri maupun bersama-sama di gereja, apakah kita hadir di hadiratNya? secara jiwa, raga, hati, dan akal  budi? (Mar 12:30). Di hadapan orang-orang yang kita kasih? Ketika secara fisik kita hadir pun, perlu kita cek apakah Jiwa dan hati kita juga hadir di sana? Fenomena sekarang, ketika fisik sudah