oleh:
Pdt. Dr. The Paw Liang
Seandainya Musa tidak cantik…..
Tuhan mendengar seruan dan tangisan bangsa Israel di Mesir. Tuhan berbelas kasihan dan memutuskan untuk menghentikan penderitaan mereka. IA merencanakan dan mempersiapkan rencananya, Musa dipakai untuk melepaskan bangsaNya. Apakah Musa dipilih dari sekian banyak bayi laki-laki yang lahir atau kah memang sudah direncanakan oleh Tuhan sebelum Musa lahir bahwa pemimpin ini akan lahir dari suku Lewi, dari keluarga Amran dan Yokhebed.
Ketika Musa lahir, Alkitab mencatat, “Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. (Kel 2:2). Harun, abang Musa lahir sebelum Firaun mengeluarkan dekrit untuk membunuh bayi-bayi laki-laki Ibrani. Harun tiga tahun lebih tua dari Musa, adakah bayi lain yang lahir di antara mereka berdua? Tidak ada kepastian dalam hal ini. Namun sepertinya ada penekanan, “ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik …” tidak tega orang tuanya membunuhnya, maka disembunyikanlah bayi ini tiga bulan lamanya.
Apa yang akan terjadi seandainya “anak ini tidak cantik” apakah ia tetap akan dipakai Tuhan untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Cantik dalam bahasa Ibrani, (towb – tobe) artinya baik, bisa diajak bekerjasama, menyenangkan, sempurna, berharga, termasuk memiliki fisik yang menarik; paras yang elok dan rupawan, atau cantik.
Seandainya Daud tidak memiliki kulit yang kemerah-merahan (kulit yang bagus), mata yang indah, dan paras yang elok …
Di lain kesempatan, ketika memilih calon raja untuk menggantikan Saul, Tuhan mengutus Samuel ke rumah Isai. Tuhan tidak merencanakan atau mempersiapkan kandidat sejak bayi, tetapi memilih yang terbaik dari sekian banyak pemuda di Israel. Tuhan tidak menjatuhkan pilihan kepada Elias, Abinadab, dan Syama serta 3 saudara Daud yang lain yang lebih gagah dibandingkan dengan Daud. Namun ketika melihat Daud, Samuel mencatat, “ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu TUHAN berfirman: "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia."(1 Sam 16:11) Samuel jelas menekankan bahwa Daud bukan saja towb(menyenangkan) seperti Musa, tetapi juga memiliki paras yang ganteng dan rupawan, meskipun tidak memiliki perawakan militer yang menjadi ukuran kegagahan pada zaman itu.
Bagaimana jadinya alur Alkitab, bahkan alur keselamatan manusia seandainya Daud tidak elok dan rupawan? Bagaimana seandainya Musa tidak cantik dan Daud tidak ganteng, apakah Tuhan masih akan tetap memakai mereka? Dunia purba sepertinya mengutamakan penampilan dan kemampuan fisik atau bahkan sudah mengenal budaya utilitarian (azas manfaat) seperti yang dipraktikkan oleh Nebuchadnezar, dan dunia pada umumnya. Ia memilih pemuda yang terbaik dari para tawanan perang yang dibawanya dari Yerusalem. Dengan pertimbangan anak-anak muda ini memiliki ‘nilai ekonomi’ yang tinggi – bermanfaat untuk kemajuan negaranya. Bagaimana dengan anak-anak yang kurang berbakat? Sudah pasti mereka tidak akan dipilih oleh Nebuchadnezar. Namun, apakah mereka akan dipilih oleh Tuhan? Selain mereka yang berparas elok dan status yang tinggi, 2 Raj 5 mencatat bahwa Tuhan memakai seorang gadis kecil yang menjadi budak pada keluarga Naaman untuk menyatakan kebesaranNya di tengah-tengah bangsa Aram. Gadis kecil ini hanyalah seorang budak dari status sosial yang rendah, penulis Kitab Raja-raja tidak memperhatikan parasnya. Yang pasti Tuhan bisa memakai siapa saja, terlepas dari keindahan fisik seseorang.
Dalam perkembangan hidup Musa dan Daud selanjutnya tidak pernah dicatat kaitan antara keelokan rupa dengan hidup mereka di dalam Tuhan. Manusia Perjanjian Lama bisa saja mengutamakan dan menekankan keindahan paras dan rupa seseorang, namun sesungguhnya Tuhan kita mengutamakan “kecantikan hati”, seperti yang dicatat Samuel, Tuhan melihat hati. Elok batiniah lebih utama daripada elok lahiriah.
Elok luar dan dalam itu menjadi kerinduan hati kita. Bagaimana seandainya tidak ada elok lahiriah? Apakah sikap dan kasih kita akan tetap sama?
Entah ini suatu kebetulan atau perkembangan nilai dan persepsi manusia seiring dengan perjalanan peradaban,coba perhatikan dalam Perjanjian Baru, para Rasul tidak pernah menyebutkan atau menonjolkan lahiriah seseorang. Lukas hanya menyebutkan tiba saatnya ketika Yesus lahir, Maria membungkusnya dengan lampin. Ketika berumur 8 hari, Simeon dan Hana memberikan kesaksian tentang Yesus namun tidak mengomentari paras-Nya. Kata Simeon kepada Maria, "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan 35 dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri ,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang." Lukas mencatat, “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.” (Luk 2:34-35;40)
Sebaliknya Yohanes memberikan kesaksian bahwa Yesus bukanlah seorang yang elok rupawan, IA kelihatan jauh lebih tua dari usianya? Kesaksian dari orang Yahudi “ … Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?" (Yoh 8:57) Dalam budaya yang menagungkan usia muda, Yesus bukanlah pilihan yang terbaik.
Seandainya anda diminta untuk menulis ulang kisah kehidupan para tokoh Alkitab, apa yang akan anda utamakan dalam memperkenalkan mereka? Sudah menjadi kebiasaan kita menilai seseorang dari penampilan lahiriah. Ketika mengunjungi seseorang yang baru melahirkan, sulit bagi kita untuk tidak memberikan penilaian terhadap paras dan rupa sang bayi. Sudah wajar kalau kita ingin menyenangkan mata kita dengan sesuatu yang indah dipandang. Namun berapa lamakah keindahan lahiriah itu mampu bertahan tanpa didukung keindahan batiniah? Siapakah yang berhak menentukan kriteria keindahan rupa seseorang? Ironisnya untuk mendapatkan keindahan lahiriah ini, tidak sedikit orang yang rela menghamburkan uangnya untuk kelihatan sekedar lebih putih, lebih mancung, bahkan lebih langsing. Tidak heran kalau seseorang jadi suka menonton iklan-iklan di media massa untuk mendapatkan produk yang dapat membantunya menjadi elok rupa . Namun, berapa lamakah keindahan ini akan bertahan? Keelokan bagaimana yang diangan-angankan?
Alangkah baiknya jika seseorang memiliki elok rupa dan elok hati seperti Musa dan Daud, namun tanpa elok rupa bukan berarti seseorang itu menjadi kurang lengkap. Sesungguhnya rupa seseorang adalah pemberian Tuhan yang patut disyukuri apa pun bentuknya. Yesus tidak memiliki rupa yang elok, namun keelokan hatinya melampui segalan keelokan fisik manusia. Keindahan rupa belum tentu mampu menembus relung hati dan membuat jiwa seseorang menjadi elok, namun hati yang elok akan memancarkan cahaya wajah (countenance) yang indah, sejuk dan damai dipandang. Amsal 27:19 19 Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu. (PLT)
Iya .. Tuhan tahu estetika, ditambah ciptaan Tuhan waktu zaman itu masih belum tercemar berbagai polusi, lumrah jika gak ada yang cacat lahir. Apakah Alkitab di PB ada mencatat orang yang tidak elok/jelek secara lahiriah? Saya kurang jelas, tapi mungkin dalam hal cantik ada bedanya yaitu yang cantiknya amat elok dan yang cantik biasa.
ReplyDeleteTapi cacat jiwa? Setelah saya baca karangan bu Paw Liang --terima kasih ya bu-- saya runungkan, rupanya yang pertama terjadi adalah polusi jiwa/cacat jiwa, yakni, manusia sudah pilih kasih. Tapi para imam yang mempunya mata hati yang jernih, mereka bisa lihat kecantikan hati. Ajaib sekali, firman Tuhan itu mencatat semua dengan detail, saya jadi terkesan sekarang setelah pikir ulang bahasan ibu.
sorry nih Ci Bella.. saya jarang ngecek blog... akhir2 ini saja aktif lagi.. plg ngepost saja. so baru baca comment nya.. thanks a lot
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete