Skip to main content

Buah Roh - Kelemahlembutan

Buah Roh - Kelemahlembutan

Galatians 5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Matthew 5:5   Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. 


Sungai Yang Tze dengan panjang 6,418 km dikenal sebagai sungai terpanjang nomor tiga di dunia dan terpanjang di Asia. Berawal dari Qinghai, dataran tinggi di Tibet (5,000 m di atas permukaan laut) dan bermuara di Laut China Timur. Keindahan sungai ini menjadi sumber ilham bagi para pujangga China sejak zaman dahulu kala. Namun dibalik pesona dan keindahan alamnya, sungai ini tidak jarang menjadi momok bagi penduduk di sekitar bantaran sungai. Sejarah mencatat tahun 1931, banjir bandang yang dibawa oleh sungai Yang Tze menutupi sekitar 77,700 km2 daerah pemukiman, termasuk kota Nanking dan Wuhan, menewaskan lebih dari 300,000 jiwa dan 400,000 kehilangan tempat tinggal. Selanjutnya tahun1954 menewaskan 30,000 jiwa dan tahun 1998 menelan 3,650 korban. (1)


Tujuhbelas tahun pemerintah China berupaya keras, melibatkan tenaga ahli baik dari dalam maupun luar negeri, bahkan tenaga militer, China bendungan yang dikenal dengan "Three Gorges Dam". (2)Tahun 2010, ketika terjadi hujan besar, kekuatan air bisa dikendalikan dan banjir bisa dihindari.

Bukan saja masyarakat sekitar menjadi bebas banjir, energi dari air yang dibendung ini dialihkan untuk menjadi tenaga listrik 22,500 MW.

Dahsyatnya kekuatan (power) yang dikendalikan. Bencana berubah menjadi berkat. Bukan saja masyarakat bebas dari bahaya banjir, kini mereka juga mendapatkan sumber listrik tambahan.


Apa kaitannya lemah-lembut dengan aliran sungai yang lepas kendali?


Kata "lemah-lembut" diambil dari kata "praus" dalam Yunani artinya jinak. Kata yang digunakan untuk hewan liar yang sudah dilatih dan dijinakkan. Mereka tidak lagi menjadi musuh, tetapi menjadi kawan manusia. 


Pepatah Indonesia sering mengandaikan orang yang liar dan susah dikendalikan "bagaikan kuda lepas dari pingitan." Keonaran dan bencana tidak bisa dihindari ketika kuda liar terlepas dari ikatannya. Kuda itu bisa saja melabrak segala sesuatu yang menghindari jalannya.


Tetapi ketika kita menyaksikan kuda yang sedang berpacu, kita menyaksikan sebuah pemandangan yang berbeda. Seekor kuda yang sudah terlatih baik, sekencang apa pun kuda itu berlari, begitu Jockey menyentakkan tali pengikatnya, kuda itu akan mampu segera menghentikan langkahnya. Itulah "praus" - lemah-lembut, kekuatan (power) yang terkendali. 

Lemah-lembut, bukan berarti lemah tidak berdaya. Lemah lembut juga bukan hanya mengalah dan mengalah, menciptakan kedamaian semu meskipun harus menekan perasaan.  Sebaliknya mereka yang memiliki buah kelemah-lembutan, memiliki kekuatan (power) dari Tuhan dan mampu menggunakan sesuai dengan waktu dan tempat. Mereka bukan keledai yang dianggap dungu, tetapi orang yang hidupnya dikendalikan Roh Kudus, bagaikan kuda yang sudah dilatih, kekuatan (power) mereka dapat dikendalikan dan digunakan sesuai dengan waktu dan situasi.

Lemah lembut (meekness)  tidak selalu tampil lemah atau lembut dalam pengertian secara umum. Kelemah-lembutan sering hadir dalam sosok seorang pemimpin yang tegas dan berwibawa, seperti Musa. Alkitab mencatat, "Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi" (BIlangan 12:3). Seperti Yesus, Musa tidak pernah segan-segan menegur orang yang berbuat salah, bahkan menghancurkan patung lembu emas yang dibuat bangsa Israel. Yesus mengobrak-abrik barang-barang dagangan yang dipajang di bait Allah. 


Namun lemah-lembut, sudah pasti juga bukan "galak, agresif, dan lantang, suka memotong pembicaraan atau  mendominasi tanpa memperhatikan perasaan orang lain. Lemah Lembut mampu menggunakan otoritas, kekuasaan, bahkan kekuatan otot dengan tepat, bagaikan aliran sungai yang dibendung. Roh Penolong akan memberikan hikmat kepada kita untuk mengendalikan kekuatan diri kita untuk dapat dihadirkan dalam bentuk dan kemasan yang pas, tidak menghancurkan/menjatuhkan orang lain, tetapi kadang mengoreksi, menguatkan, bahkan membangun orang lain.


Kita terlahir dengan pribadi dan warisan DNA yang berbeda. Lingkungan juga kadang menentukan sikap, gerak-gerik, dan tutur kata kita. Namun semua kita yang terlahir dari Roh, hiduk kita dikuasai oleh Roh. Roh Penolong bagaikan akan membantu mengendalikan alirang kekuatan dari dalam diri kita, tidak meledak-ledak dan meluap-luap menghancurkan orang lain. Sebaliknya kekuatan, baik otot, emosi, intelektual, spiritual, akan mengalir kadang perlahan, kadang deras sesuai dengan suasana yang dihadapi untuk membangun diri kita dan juga kehidupan bersama. Sudahkan anda membiarkan bibit lemah-lembut itu bertunas, bertumbuh, dan berbuah dalam kehidupan Anda? (PLT)



1. http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1503369/Yangtze-River-floods
2. (http://en.wikipedia.org/wiki/Three_Gorges_Dam)

Comments

Popular posts from this blog

Elok Rupa vs Elok Hati

oleh: Pdt. Dr. The Paw Liang  Seandainya Musa tidak cantik….. Tuhan mendengar seruan dan tangisan bangsa Israel di Mesir. Tuhan berbelas kasihan dan memutuskan untuk menghentikan penderitaan mereka. IA merencanakan dan mempersiapkan rencananya, Musa dipakai untuk melepaskan bangsaNya. Apakah Musa dipilih dari sekian banyak bayi laki-laki yang lahir atau kah memang sudah direncanakan oleh Tuhan sebelum Musa lahir bahwa pemimpin ini akan lahir dari suku Lewi, dari keluarga Amran dan Yokhebed. Ketika Musa lahir, Alkitab mencatat, “Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. (Kel 2:2). Harun, abang Musa lahir sebelum Firaun mengeluarkan dekrit untuk membunuh bayi-bayi laki-laki Ibrani. Harun tiga tahun lebih tua dari Musa, adakah bayi lain yang lahir di antara mereka berdua? Tidak ada kepastian dalam hal ini. Namun sepertinya ada penekanan, “ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik …” tidak tega orang tuanya membunuhnya, maka disembunyikanlah bayi ini t
DO YOU WANT TO GET WELL? “When Jesus saw him lying there and learned that he had been in this condition for a long time, he asked him, ‘ Do you want to get well?’ Then Jesus said to him, ‘G et up! Pick up your mat and walk. ’” ‭‭John‬ ‭5:6, 8‬ ‭NIV Do you want to get well? Jesus cares! He sees each and everyone of us. He cares to know us. He saw the crippled at the pool of Bethesda! He knew his struggle! And He sees you and me—He sees our struggles! His mercy comes to us even before we come and cry out to Him! He asked, ‘Do you want to get well?’ His grace heals far better than our human cures! Certainly much better than the cure of the pool of Bethesda! Do you want to get well? God wants to, not just cancel our sins! But, in the words of Charles Wesley, He also wants to “break the power of cancelled sin.” What are some power of cancelled sin that still crippling you? Do you want to get well—physically, emotionally, and spiritually? Jesus says, ‘Get up! Pick up your mat and wal
Cuma itu yang bisa saya lakukan, hanya kehadiran saja Saya jadi teringat: Musa meminta kepada Tuhan, " if your presence (kehadiran) does not go with us, do not send us from here " ( jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah menyuruh kami pergi dari tempat ini" (Kel 33:15) Kesibukan hidup menjadikan " kehadiran" menjadi sesuatu yg sulit kita berikan kepada orang lain, keluarga ( suami, istri, anak-anak, cucu2, atau orang tua) dan bahkan kepada Allah. Ironis, sama seperti Musa kita merindukan kehadiran Allah (hadiratNya) - kehadiran Roh Nya. Namun, apakah kita juga hadir di hadapanNya?  Ketika kita beribadah, baik sendiri maupun bersama-sama di gereja, apakah kita hadir di hadiratNya? secara jiwa, raga, hati, dan akal  budi? (Mar 12:30). Di hadapan orang-orang yang kita kasih? Ketika secara fisik kita hadir pun, perlu kita cek apakah Jiwa dan hati kita juga hadir di sana? Fenomena sekarang, ketika fisik sudah