Skip to main content

Status baru: anak Allah



Romans 8:15   15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
Romans 8:15  15 For you did not receive a spirit that makes you a slave again to fear, but you received the Spirit of sonship. And by him we cry, "Abba, Father."

Slavery Chain

Slavery chain done broke at last, broke
at last, broke at last,
Slavery chain done broke at last,
Going to praise God till I die
Way down in-a dat valley
Praying on my knees
Told God about my troubles,
And to help me ef-a He please
I did tell him how I suffer,
In de dungeon and de chain,
And de days were with head bowed down,
And my broken flesh and pain.
I did know my Jesus heard me,
'Cause de spirit spoke to me
And said, 'Rise my child, your chillun,
And you shall be free.
'I done 'p'int one mighty captain
For to marshall all my hosts
And to bring my bleeding ones to me
And not one shall be lost.'
Slavery chain done broke at last, broke
at last, broke at last,
Slavery chain done broke at last,
Going to praise God till I die

Going to praise God till I die. ~ Aku akan memuji Tuhan hingga akhir hidupku. Lagu spiritual negro ini ditulis pada tahun 1865, ketika Amerika Serikat menghapuskan perbudakan. Perjuangan ini telah dilakukan berabad-abad. Gereja abad pertama, Gal 3:8, rasul Paulus selalu menegaskan, “dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” Namun hanya menjelang akhir abad 19, perbudakan baru benar-benar dapat dihapuskan dalam dalam sejarah peradaban manusia.

Sudah pantas para budak negro bersyukur dan berdendang, “Rantai telah diputuskan… Aku akan memuji Tuhan hingga akhir hidupku.” Belenggu sudah dipatahkan. Tetapi bagaikan, hewan yang sudah biasa dirantai. Kaki yang tidak biasa melangkah dengan bebas, telah menjadi lemah. Keterbatasan ruang gerak mematikan daya kreasi para budak. Nyali menjadi kerdil karena sering dilecehkan.

Layaknya hidup kita. Melalui Yesus, kita semua telah diangkat menjadi anak Allah. Bukan lagi budak, tapi “anak.” Roh Kudus memateraikan pengangkatan ini dalam iman kita. Bagi kita yang memiliki Roh Kudus dalam hidup kita, tidak  perlu lagi takut. Status kita jelas “anak Allah.”

Pengalaman sebelum kita berjumpa dengan Yesus mungkin telah menorehkan berbagai macam kepahitan. Membuat kita menjadi getir dan gentar. Keraguan dan ketidakpastian mengisi hari-hari kita. Suara dalam hati terus berdengung: Mampukah saya? Bisakah saya? Layakkah saya?

Roh Kudus hadir dan memberikan pengharapan serta memampukan kita untuk melangkah bersama Tuhan. Pengalaman masa lalu bukan lagi menjadi momok. Tirani masa lalu diganti dengan gerbang menuju masa depan yang penuh pengharapan di dalam Kristus. Benar. Semua ini memerlukan proses. Tetapi Roh Kudus cukup sabar untuk membantu kita jika kita mempercayakan-Nya untuk menuntun langkah-langkah kita untuk menyusuri jalan hidup yang telah dibukakan oleh Kristus. Bersediakah anda?

Dan yang paling menggenaskan, ketika rantai sudah dilepaskan. Hidup dulu yang terjauh dari Allah Bapa, membuat kita menjadi asing dengan Allah, Bapa kita. Kita tidak berani dan tidak mampu mendekati Allah Bapa. Keterasingan membuat kita sulit untuk bebas bercengkerama denganNya.

Bagaikan seorang Ibu yang sabar dan pengasih, Roh Kudus menjembatani jarak kita dengan Allah. Menjadi katalis untuk mencairkan suasana. Dengan segala upaya mengajarkan kita, sang bayi yang baru belajar berbicara untuk mendekati Sang Bapa, dan memanggilnya, “ya Bapa, ya Allah.” Panggilan yang intim dan akrab, pernuh dengan kepercayaan. Kalau bukan kepada Bapa, kepada siapa lagi, aku bisa datang dan memercayakan segenap hidupku? Itu juga yang dilakukan Yesus, “ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan hidup-Ku.”

Roh Penolong menegaskan status baru kita sebagai anak Allah. Menaruhkan pengharapan di dalam iman. Membantu memulihkan hubungan kita dengan Allah.

Biarlah jiwa kita senantiasa berseru kepadaNya, “ya Bapa, ya Allah.” Biarlah segenap kehidupan kita selalu memuji Tuhan atas kasih dan kemurahanNya, seperti yang dilakukan oleh para budak negro yang telah mendapatkan kebebasan mereka. (PLT)

Comments

  1. Trauma teror dr si mantan "penguasa" masih membayangi perjalanan kita anak2 Tuhan sehingga lebih sering kita 'lupa' bahwa kasih Bapa di Surga tak pernah akan berakhir & tak akan pernah berubah.. kita tetap 'buah hati-NYA' sampai selamanya.
    Thank you for this inspiring notes :))

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Elok Rupa vs Elok Hati

oleh: Pdt. Dr. The Paw Liang  Seandainya Musa tidak cantik….. Tuhan mendengar seruan dan tangisan bangsa Israel di Mesir. Tuhan berbelas kasihan dan memutuskan untuk menghentikan penderitaan mereka. IA merencanakan dan mempersiapkan rencananya, Musa dipakai untuk melepaskan bangsaNya. Apakah Musa dipilih dari sekian banyak bayi laki-laki yang lahir atau kah memang sudah direncanakan oleh Tuhan sebelum Musa lahir bahwa pemimpin ini akan lahir dari suku Lewi, dari keluarga Amran dan Yokhebed. Ketika Musa lahir, Alkitab mencatat, “Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. (Kel 2:2). Harun, abang Musa lahir sebelum Firaun mengeluarkan dekrit untuk membunuh bayi-bayi laki-laki Ibrani. Harun tiga tahun lebih tua dari Musa, adakah bayi lain yang lahir di antara mereka berdua? Tidak ada kepastian dalam hal ini. Namun sepertinya ada penekanan, “ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik …” tidak tega orang tuanya membunuhnya, maka disembunyikanlah bayi ini t
DO YOU WANT TO GET WELL? “When Jesus saw him lying there and learned that he had been in this condition for a long time, he asked him, ‘ Do you want to get well?’ Then Jesus said to him, ‘G et up! Pick up your mat and walk. ’” ‭‭John‬ ‭5:6, 8‬ ‭NIV Do you want to get well? Jesus cares! He sees each and everyone of us. He cares to know us. He saw the crippled at the pool of Bethesda! He knew his struggle! And He sees you and me—He sees our struggles! His mercy comes to us even before we come and cry out to Him! He asked, ‘Do you want to get well?’ His grace heals far better than our human cures! Certainly much better than the cure of the pool of Bethesda! Do you want to get well? God wants to, not just cancel our sins! But, in the words of Charles Wesley, He also wants to “break the power of cancelled sin.” What are some power of cancelled sin that still crippling you? Do you want to get well—physically, emotionally, and spiritually? Jesus says, ‘Get up! Pick up your mat and wal
Cuma itu yang bisa saya lakukan, hanya kehadiran saja Saya jadi teringat: Musa meminta kepada Tuhan, " if your presence (kehadiran) does not go with us, do not send us from here " ( jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah menyuruh kami pergi dari tempat ini" (Kel 33:15) Kesibukan hidup menjadikan " kehadiran" menjadi sesuatu yg sulit kita berikan kepada orang lain, keluarga ( suami, istri, anak-anak, cucu2, atau orang tua) dan bahkan kepada Allah. Ironis, sama seperti Musa kita merindukan kehadiran Allah (hadiratNya) - kehadiran Roh Nya. Namun, apakah kita juga hadir di hadapanNya?  Ketika kita beribadah, baik sendiri maupun bersama-sama di gereja, apakah kita hadir di hadiratNya? secara jiwa, raga, hati, dan akal  budi? (Mar 12:30). Di hadapan orang-orang yang kita kasih? Ketika secara fisik kita hadir pun, perlu kita cek apakah Jiwa dan hati kita juga hadir di sana? Fenomena sekarang, ketika fisik sudah