Skip to main content

Buah Roh - Kebaikan





Galatians 5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Romans 15:14 Saudara-saudaraku, aku sendiri memang yakin tentang kamu, bahwa kamu juga telah penuh dengan kebaikan dan dengan segala pengetahuan dan sanggup untuk saling menasihati.



Orang percaya di Roma sebagian besar adalah non-Yahudi (Yunani, Romawi, dsb). Mereka disebut sebagai orang kafir, karena tidak mengenal Tuhan Pencipta yang hidup. Tidak mudah bagi mereka untuk hidup taat dalam kepercayaan baru ini. Tetapi satu kualitas kerohanian yang dipuji oleh Paulus, "kamu juga telah penuh dengan kebaikan ...". 

Hidup baru di dalam Roh memampukan mereka untuk menmberikan penilaian dan bertindak berdasarkan ukuran Tuhan. Budaya Yunani dan Romawi saat itu mendominasi Eropa dan Asia kecil, bangsa Yunani khususnya merasa bangga dengan peninggalan budaya dan filsafat mereka, disadari atau tidak, sebagian masih mempengaruhi kebudayaan kita, khususnya dalam ilmu pengetahuan.

Mereka memiliki tantanan kebaikan tersendiri. Tentu saja tidak semua bertentangan dengan nilai kebaikan Tuhan, tetapi sebagai warga Kerajaan Sorga, nilai Kerajaan melampaui segala nilai budaya. Dengan pertolongan Roh Kudus, orang kafir yang sombong ini dengan cepat membudidayakan buah Roh. Paulus memuji mereka, "aku sendiri memang yakin tentang kamu, bahwa kamu juga telah penuh dengan kebaikan dan dengan segala pengetahuan dan sanggup untuk saling menasihati."

Bagaimana dengan kita? Nilai kebaikan siapakah yang kita pegang? Kebaikan berdasarkan ukuran kita sendiri? Tradisi dan komunitas kita? Ataukah kita telah membudidayakan buah kebaikan yang berasal dari Tuhan ini?

"agathosoonay" (kebaikan - goodness) tidak berbeda jauh dengan kata "chrestotes" (kemurahan - kindness). Namun sudah pasti memiliki penekanan yang berbeda, jika tidak, mengapa Rasul Paulus perlu mengulangi... kemurahan, kebaikan...

Chrestotes (Kemurahan) lebih menekankan "sikap hati" kita terhadap orang lain. Agasthosoonay (kebaikan) menekankan bagaimana kita memperlakukan orang lain. Wujud kebaikan yang sudah dinyatakan untuk berbuat baik kepada orang lain.

Tidak cukup hanya beritikad baik, namun perlu juga bertindak baik. Sebaliknya, berbuat baik juga perlu bertolak dari niat baik.

Semua ini bukan usaha kita, bukan karena hikmat kita, tetapi karena karya Roh Kudus dalam jiwa kita yang senantiasa memupuk nilai-nilai kerohanian atau buah-buah Roh.

Sekali lagi, mari biarkan Roh Kudus berkarya dalam hidup kita!  (PLT)

Comments

Popular posts from this blog

Elok Rupa vs Elok Hati

oleh: Pdt. Dr. The Paw Liang  Seandainya Musa tidak cantik….. Tuhan mendengar seruan dan tangisan bangsa Israel di Mesir. Tuhan berbelas kasihan dan memutuskan untuk menghentikan penderitaan mereka. IA merencanakan dan mempersiapkan rencananya, Musa dipakai untuk melepaskan bangsaNya. Apakah Musa dipilih dari sekian banyak bayi laki-laki yang lahir atau kah memang sudah direncanakan oleh Tuhan sebelum Musa lahir bahwa pemimpin ini akan lahir dari suku Lewi, dari keluarga Amran dan Yokhebed. Ketika Musa lahir, Alkitab mencatat, “Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. (Kel 2:2). Harun, abang Musa lahir sebelum Firaun mengeluarkan dekrit untuk membunuh bayi-bayi laki-laki Ibrani. Harun tiga tahun lebih tua dari Musa, adakah bayi lain yang lahir di antara mereka berdua? Tidak ada kepastian dalam hal ini. Namun sepertinya ada penekanan, “ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik …” tidak tega orang tuanya membunuhnya, maka disembunyikanlah bayi i...
“BECOMING A DISCIPLE-MAKING CHURCH” Matt 28: 18 – 20 & 1 John 2: 6—Preacher: Ps Paw Liang In my visit to Shechem in 2015, our tour guide told us that the whole population of Samaria only 700 people. Since they did not marry people from other ethnic groups, they have produced unhealthy offspring. Thankfully the High Priest has amended their law and allowed them to marry men or women from other ethnic groups. Likewise, the church might have unknowingly focus too much on the internal affairs (become incestuous) and forgot Jesus’s commission: Go, and make disciples of all nations. The early church were growing well. Acts 2 shows us they were keen in learning the word of God, worshipping and praying together, enjoying the favour of each other. Their lives attract people to Christ, “praising God and enjoying the favor of all the people. And the Lord added to their number daily those who were being saved.”  Jesus calls us to become His disciples and to make disciples. Discip...
Cuma itu yang bisa saya lakukan, hanya kehadiran saja Saya jadi teringat: Musa meminta kepada Tuhan, " if your presence (kehadiran) does not go with us, do not send us from here " ( jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah menyuruh kami pergi dari tempat ini" (Kel 33:15) Kesibukan hidup menjadikan " kehadiran" menjadi sesuatu yg sulit kita berikan kepada orang lain, keluarga ( suami, istri, anak-anak, cucu2, atau orang tua) dan bahkan kepada Allah. Ironis, sama seperti Musa kita merindukan kehadiran Allah (hadiratNya) - kehadiran Roh Nya. Namun, apakah kita juga hadir di hadapanNya?  Ketika kita beribadah, baik sendiri maupun bersama-sama di gereja, apakah kita hadir di hadiratNya? secara jiwa, raga, hati, dan akal  budi? (Mar 12:30). Di hadapan orang-orang yang kita kasih? Ketika secara fisik kita hadir pun, perlu kita cek apakah Jiwa dan hati kita juga hadir di sana? Fenomena sekarang, ketika fisik sudah ...