Skip to main content
GURUKU ORANG PAPUA, Bp Festus Simbiak



Siapa yang bisa melupakan sosok Pak Simbiak: hitam, tinggi, atletis, dan kribo. Waktu pertama kali kenal Michael Jackson, saya langsung teringat.. oh iya.. mirip Pak Simbiak—kribo, hitam dan profil wajahnya masih gantengan pak Simbiak!

Guru yang serba bisa! Beliau mulai mengajar kami waktu kls 4... mengajar IPA, olah raga (untuk kelas lebih besar), kesenian... masih lekat di ingatan, gambar berbagai hiasan pinggir nuansa etnis Indonesia (ini saya tahu setelah dewasa)... dengan gitar dan suaranya yang serak-serak basah.

Kelas 5, beliau menjadi wali kelas kami. Tahun itu Mery masuk kelas kami, anak berkebutuhan khusus. Hampir 4 dekade yang lalu belum ada istilah ABK... Suatu hari, Pak Simbiak bertanya di kelas, “siapa yang mau duduk sebangku dengan Mery...” (Kami sepertinya waktu itu sudah dikasih bebas memilih tempat duduk dan teman sebangku.) Semua celingak celinguk... tidak ada yang berani angkat tangan. Semua berusaha menghindari tatapan sang guru... hening sesaat ... dengan suara bersahabat (mungkin membiasakan jiwa relawan), dua tiga kali beliau mengulangi tawarannya: “Siapa yang mau duduk sebangku dengan Mery.”

Itu usia dimana semua merasa keren dan maunya duduk sebangku dengan yang dianggap keren atau setidaknya menguntungkan, kalau pun tidak jangan sampai merugikan..... lagian, memang belum ada budaya punya jiwa relawan. Guru juga biasanya main tunjuk saja.... begitulah budaya abad 20.

Ditunggu-tunggu ternyata belum juga ada yang angkat tangan.... Tiba-tiba beliau buka suara, “Paw Liang, mau kamu duduk sebangku dengan Mery.”

Oops... what can I say..? Di zaman itu bukan kata-kata yang diperlukan tapi tindakan. Tidak ingat pasti, seperti apa perasaanku... mungkin... guru sudah sebut namamu... ya angkat tasmu, pindah... duduk sebangku dengan Mery. That’s what I did...

Begitulah awal persahabatan saya dengan Mery... dimulai dengan guru yang peduli. Beliau juga tidak pernah kasih tahu, kenapa tunjuk saya. Yang pasti, tahun itu saya jadi lebih rajin dan serius bikin catatan supaya bisa dipinjam ke Mery... Nilai saya lumayan bagus.... tapi yang pasti bukan termasuk langganan juara 1,2,3....

Ketika kami naik SMP beliau rupanya akan pulang ke Papua, membangun kampung halamannya. Suasana haru biru di saat perpisahan... guru yang sangat berkesan, bukan karena paling hitam dan kribo sendiri. Tapi beliau memang menginspirasi—guru teladan, pintar, serba bisa, dan mengajarkan kepedulian kepada yang lemah... pendekatan yang bersahabat, yang belum lazim di zaman orba. Tidak memaksa.... tapi dengan pendekatan egalitarian mengetuk kepedulian anak didik terhadap sesamanya.

Beliau jauh-jauh dari Irian Jaya, Biak untuk kuliah di FKIP Nommensen Siantar. Sukses kuliahnya, sukses juga membawa satu “siantarman” Ibu Herlina Siagian-Simbiak. Kalau di Siantar, laki maupun perempuan disebut “siantarman”.... mungkin karena tidak ada perbedaan gender yang menonjol. Inang-inang jago berjualan dan mengolah uang, sementara banyak (tidak semua) bapak2 lebih suka minum-minum dan main kartu di lapo atau sambil main gitar menyanyikan “lisoi-lisoi”....😂

Mereka pulang ke Irian Jaya dengan membawa buah hati mereka, Irto (Irian Toba) perpaduan Irian dengan Toba... perpaduan yang indah, perpaduan hati dan budaya Timur dan Barat yang harmonis! Setelah ada sosial media, kami bertemu di dunia maya... dan perpaduan ini masih terus menginspirasi!!! Terima kasih guruku, Pak Simbiak! Kirimlah guru-guru dari Timur sana .... kami sangat diberkati oleh Guru dari Papua!


#SKKKPS

Comments

Popular posts from this blog

Elok Rupa vs Elok Hati

oleh: Pdt. Dr. The Paw Liang  Seandainya Musa tidak cantik….. Tuhan mendengar seruan dan tangisan bangsa Israel di Mesir. Tuhan berbelas kasihan dan memutuskan untuk menghentikan penderitaan mereka. IA merencanakan dan mempersiapkan rencananya, Musa dipakai untuk melepaskan bangsaNya. Apakah Musa dipilih dari sekian banyak bayi laki-laki yang lahir atau kah memang sudah direncanakan oleh Tuhan sebelum Musa lahir bahwa pemimpin ini akan lahir dari suku Lewi, dari keluarga Amran dan Yokhebed. Ketika Musa lahir, Alkitab mencatat, “Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. (Kel 2:2). Harun, abang Musa lahir sebelum Firaun mengeluarkan dekrit untuk membunuh bayi-bayi laki-laki Ibrani. Harun tiga tahun lebih tua dari Musa, adakah bayi lain yang lahir di antara mereka berdua? Tidak ada kepastian dalam hal ini. Namun sepertinya ada penekanan, “ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik …” tidak tega orang tuanya membunuhnya, maka disembunyikanlah bayi ini t
DO YOU WANT TO GET WELL? “When Jesus saw him lying there and learned that he had been in this condition for a long time, he asked him, ‘ Do you want to get well?’ Then Jesus said to him, ‘G et up! Pick up your mat and walk. ’” ‭‭John‬ ‭5:6, 8‬ ‭NIV Do you want to get well? Jesus cares! He sees each and everyone of us. He cares to know us. He saw the crippled at the pool of Bethesda! He knew his struggle! And He sees you and me—He sees our struggles! His mercy comes to us even before we come and cry out to Him! He asked, ‘Do you want to get well?’ His grace heals far better than our human cures! Certainly much better than the cure of the pool of Bethesda! Do you want to get well? God wants to, not just cancel our sins! But, in the words of Charles Wesley, He also wants to “break the power of cancelled sin.” What are some power of cancelled sin that still crippling you? Do you want to get well—physically, emotionally, and spiritually? Jesus says, ‘Get up! Pick up your mat and wal
Cuma itu yang bisa saya lakukan, hanya kehadiran saja Saya jadi teringat: Musa meminta kepada Tuhan, " if your presence (kehadiran) does not go with us, do not send us from here " ( jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah menyuruh kami pergi dari tempat ini" (Kel 33:15) Kesibukan hidup menjadikan " kehadiran" menjadi sesuatu yg sulit kita berikan kepada orang lain, keluarga ( suami, istri, anak-anak, cucu2, atau orang tua) dan bahkan kepada Allah. Ironis, sama seperti Musa kita merindukan kehadiran Allah (hadiratNya) - kehadiran Roh Nya. Namun, apakah kita juga hadir di hadapanNya?  Ketika kita beribadah, baik sendiri maupun bersama-sama di gereja, apakah kita hadir di hadiratNya? secara jiwa, raga, hati, dan akal  budi? (Mar 12:30). Di hadapan orang-orang yang kita kasih? Ketika secara fisik kita hadir pun, perlu kita cek apakah Jiwa dan hati kita juga hadir di sana? Fenomena sekarang, ketika fisik sudah